Guru Adalah Perantara Kita Kepada Rasulullah SAW
الحمد لله
رافع درجات الذين آمنوا والذين أوتوا العلم ، صلاة الله وسلامه على من أرسل معلما وعلى آله وصحبه
Menuntut
ilmu tidaklah terlepas dari seorang guru, karena ialah yang mengajarkan banyak
ilmu kepada kita. Dari mana kita sekarang dapat membaca, menulis, menghitung?
Dari guru yang mengajarkan kita. Dari mana kita sekarang dapat menunaikan
ibadah, berdo’a, membaca Al-Qur’an? Dari guru yang mendidik kita. Dan
masih banyak ilmu lain yang kita peroleh berkat sosok guru. Oleh karena itu
sudah sepatutnya sebagai penuntut ilmu kita menghormati dan berterima kasih
kepada sosok guru sebagaimana pepatah arab mengatakan:
قُمْ لِلْمُعَلِّمِ وَفِّهِ التَّبْجِيْلَا # كَادَ
المــــُـــعَلِّمُ أَنْ يَكُوْنَ رَسُوْلًا
yang memiliki arti, “Berdirilah
di hadapan gurumu dan muliakanlah, karena kedudukan guru hampir seperti seorang
Rasul.”
Ustadzah Manal yang berasal dari
Libya, juga sosok keturunan ahlul bait pada zaman ini, beliau berkata, “Seorang
penuntut ilmu harus memiliki sesosok syeikh yang mengajarkan kepadanya ilmu
yang bermanfaat, memperbaiki dari kesalahannya, kemudian membimbingnya kepada
jalan kebenaran, guna menyelamatkannya dari api neraka dan membimbingnya kepada
surga.”
Syeikh yang dimaksud
adalah guru spiritual yang memiliki peran sangat penting pada kehidupan
seseorang sekaligus juru selamat baginya, sehingga hubungan antara keduanya lebih
erat daripada ayah kandung dan anaknya sekalipun. Mengapa demikian? Karena orang tua bisa saja meninggalkan anaknya, sebagaimana
Allah SWT berfirman didalam surat ‘Abasa:
يَوْمَ يَفِرُّ المـــَـــرْءُ مِنْ أَخِيْهِ (34)
وَأُمِّهِ وَأَبِيْهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْه ِ(36)
yang memiliki arti, “pada hari itu manusia lari dari saudaranya (34) dan dari ibu dan
bapaknya (35) dan dari istri dan anak-anaknya (36).” Berbanding terbalik dengan seorang syeikh yang merupakan imam tidak mungkin
meninggalkan muridnya sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra:
يَوْمَ نَدْعُوْ كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ (71)
yang memiliki arti, “Pada hari (ketika) Kami panggil setiap
umat bersama imamnya.”
Dari kedua ayat ini bisa disimpulkan bahwa
seorang syeikh memiliki kedudukan lebih penting
daripada orangtua, karena atas izin dan kehendak-Nya, syeikh lah yang menjadi perantara antara Rasulullah SAW
dengan sang murid, karena dialah yang dapat membuka mata hatinya, menunujukkan
jalan spiritualnya, menjaga dari ketergelincirannya, serta mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT.
Lantas,
bagaimana seorang murid dapat menemukan sosok syeikh yang tepat bagi dirinya? Ustadzah
Manal memberi solusi seraya berkata, “Mohonlah
kepada Allah SWT dengan wasilah memperbanyak shalawat atas baginda Nabi
Muhammad SAW serta memperbanyak surat Al-Fatihah (pembuka) agar terbuka jalan
menuju sesosok syeikh yang akan merubah hidup jauh lebih baik lagi,” tutur Ustadzah Manal yang merupakan lulusan salah satu perguruan tinggi di Inggris.
Semoga
kelak kita memiliki sesosok guru spiritual yang membimbing kita kepada jalan
yang diridhoi-Nya, aamiin ya robbal ‘alamin.
Wallahu A’lam Bisshowab…
Shollu ‘Ala Nabiy…
Ditulis oleh : Al-Faqir Farchan Arifuddin
Disunting oleh : Redaksi
Keren bgtt …..❤️🙏🏻🥰
BalasHapus